Kesehatan Penambang dan Komunitas Pertambangan

P
enambang menderita berbagai masalah kesehatan dan penyakit seperti gangguan pernapasan dan penyakit paru-paru dari inhalasi beracun, dan muntah, sakit kepala, demam, menggigil, sakit perut, serta diare dari penyerapan unsur merkuri.

Penambang mengalami paparan silika kristal, yang berisiko silikosis, kanker paru-paru, dan tuberkulosis paru (TB) pada tingkat insiden yang lebih tinggi.

Fungsi pernapasan penambang menurun selama durasi aktivitas pertambangan yang lebih lama karena menghirup debu, menyebabkan kerusakan pada paru-paru dan menyulitkan mereka untuk bernapas.

Sekitar 76.000 penambang meninggal karena Pneumoconiosis Pekerja Batubara (CWP) (juga dikenal sebagai “”penyakit paru-paru hitam””) antara tahun 1968 sampai dengan 2014, menurut laporan harian Administrasi Kesehatan dan Keselamatan Tambang Federal. Penambang PESK juga menderita penyakit paru-paru hitam disebabkan menghirup partikel debu saat mengebor dan menghancurkan batu bijih untuk waktu yang lama.

Selain itu, penggunaan merkuri dalam PESK menyebabkan masalah kesehatan kerja dan lingkungan. Sejak zaman kuno, merkuri telah digunakan sebagai metode tradisional untuk mengekstraksi emas dari batu bijih atau endapan. Tetapi merkuri sangat beracun yang sangat mengancam kesehatan manusia terutama perkembangan janin dan anak usia dini. Penggunaan merkuri dalam setiap langkah proses amalgam emas membuat toksisitas merkuri. Toksisitas merkuri mempengaruhi sistem saraf, pencernaan, dan kekebalan tubuh, juga pada paru-paru, ginjal, kulit, dan mata. Pada akhirnya, para penambang mengalami gejala kerusakan keseimbangan dan keterampilan motorik yang menyebabkan kejang tubuh dan nantinya dapat menyebabkan kematian.

Selain masalah tersebut, penggunaan sianida dalam kegiatan PESK telah menjadi keseriusan dalam masalah lingkungan global. Misalnya, air dan produk pertanian di dekat penambangan PESK terakumulasi dengan logam berat sehingga tidak aman untuk diminum dan dimakan. Oleh karena itu, air dan makanan yang terintoksikasi itu, mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan para penambang, anggota keluarga mereka, dan juga masyarakat terdekat.

Selain itu, komunitas PESK terutama penambang, rentan terhadap berbagai masalah sosial seperti kurangnya fasilitas dan kapasitas medis dan pendidikan, pekerja anak, kekerasan dalam rumah tangga, masalah terkait migrasi, perdagangan manusia, dll.

Referensi
[1] Perry Gottesfeld, Damian Andrew & Jeffrey Dalhoff (2015) Silica Exposures in Artisanal Small-Scale Gold Mining in Tanzania and Implications for Tuberculosis Prevention, Journal of Occupational and Environmental Hygiene, 12:9, 647-653, DOI: 10.1080/15459624.2015.1029617 To link to this article: https://doi.org/10.1080/15459624.2015.1029617

[2] Global Mercury Project

[3] The Guardian (2018), Black lung disease is still killing miners. The coal industry won’t hear it
Retrieved from https://www.theguardian.com/us-news/2018/dec/13/dr-dust-the-man-who-discovered-a-hidden-black-lung-epidemic#:~:text=The%20federal%20Mine%20Safety%20Health,compensation%20alone%20cost%20%2445bn.

[4] Artisanal Gold Council

 

Sejak revolusi industri, masing-masing dari kita menderita akibat dari masalah pencemaran lingkungan. Penyakit Minamata merupakan salah satu akibat dari pencemaran lingkungan akibat keracunan merkuri.

Paparan merkuri mengancam kesehatan manusia terutama perkembangan janin dan anak-anak berada pada risiko yang lebih tinggi.

Kesadaran akan keracunan merkuri dan sumber kontaminasi harus diwaspadai untuk mencegah masalah kesehatan dan polusi.